
Indonesia, sebagai negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia, terus menghadapi tantangan dalam mengelola pertumbuhan penduduk yang berkelanjutan. Salah satu indikator utama yang mencerminkan dinamika ini adalah Total Fertility Rate (TFR). Dengan TFR nasional sebesar 2,45, Indonesia masih berada di atas target 2,1 yang diperlukan untuk mencapai pertumbuhan penduduk seimbang.1 Di Provinsi Jawa Tengah, yang merupakan salah satu wilayah dengan populasi terpadat, TFR tercatat sebesar 2,27, sedikit lebih rendah dari rata-rata nasional namun tetap belum memenuhi target.
Menariknya, preferensi jumlah anak pada wanita usia subur (15-49 tahun) menjadi salah satu faktor penting yang berkontribusi terhadap angka fertilitas ini. Sebuah penelitian terbaru yang menggunakan data Hasil Pendataan Keluarga Tahun 2022 oleh BKKBN mengungkapkan sejumlah faktor yang memengaruhi preferensi fertilitas di kalangan wanita usia subur di Jawa Tengah. Hasil analisis menunjukkan bahwa usia saat menikah pertama kali, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan partisipasi dalam asuransi kesehatan memiliki hubungan signifikan dengan preferensi jumlah anak.2
Wanita yang menikah pada usia 21 tahun atau lebih cenderung memiliki keinginan lebih rendah untuk memiliki lebih dari dua anak, demikian pula, wanita yang bekerja menunjukkan preferensi serupa. Sebaliknya, wanita yang tergabung dalam jaminan kesehatan nasional kesehatan justru memiliki kecenderungan lebih besar untuk menginginkan lebih dari dua anak. Temuan ini menggambarkan kompleksitas dalam menentukan preferensi fertilitas di tengah berbagai aspek sosial, ekonomi, dan kesehatan.
Mengapa Preferensi Fertilitas Penting?
Preferensi fertilitas tidak hanya mencerminkan keinginan individu, tetapi juga dipengaruhi oleh norma sosial, ekonomi keluarga, dan akses terhadap layanan kesehatan. Di Indonesia, preferensi jumlah anak juga berkaitan erat dengan strategi pembangunan nasional, terutama dalam mencapai keseimbangan antara pertumbuhan penduduk dan kualitas hidup.
Apa yang Bisa Dilakukan?
Beberapa langkah strategis dapat diambil untuk mengelola preferensi fertilitas wanita usia subur di Indonesia:
- Meningkatkan Pendidikan Perempuan karena pendidikan yang lebih tinggi cenderung menunda usia pernikahan dan mengurangi preferensi untuk memiliki banyak anak.
- Mendorong Partisipasi Perempuan dalam Dunia Kerja karena pekerjaan memberikan peluang bagi perempuan untuk berkontribusi secara ekonomi dan memperluas wawasan mereka mengenai pengelolaan keluarga.
- Memperkuat Program Kesehatan Reproduksi Remaja terutama edukasi tentang kesehatan reproduksi sejak dini dapat membantu perempuan membuat keputusan yang lebih terinformasi mengenai pernikahan dan fertilitas.
- Menyelaraskan Kebijakan Kesehatan dan Keluarga Berencana yang mendukung akses layanan kesehatan dan program keluarga berencana. Karena kebijakan yang komprehensif dapat membantu perempuan merencanakan keluarga mereka dengan lebih baik.
Preferensi jumlah anak pada wanita usia subur di Indonesia merupakan refleksi dari berbagai dinamika sosial dan ekonomi yang kompleks. Dengan memahami faktor-faktor yang memengaruhi preferensi ini, pemerintah dan pemangku kebijakan dapat mengembangkan program yang lebih efektif untuk mencapai keseimbangan antara pertumbuhan penduduk dan kualitas hidup masyarakat. Investasi dalam pendidikan, pekerjaan, dan kesehatan perempuan akan menjadi kunci untuk mengarahkan preferensi fertilitas ke arah yang mendukung pembangunan berkelanjutan.
Sumber:
1. Direktorat Analisis Dampak Kependudukan B. Laporan Kependudukan indonesia 2024. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. Jakarta; 2024.
2. Ardiningsih ES, Agushybana F, Shaluhiyah Z. Determinants of Fertility Preference among Women Aged 15-49 Years in Central Java Province (2022 Family Life Survey Analysis). J Biometrics Popul. 2024;13(1):38–50.